5 KOMPETENSI UTAMA SEORANG PEMIMPIN HARI INI

Kecerdasan Hati

Serial Kecerdasan Hati

5 KOMPETENSI UTAMA SEORANG PEMIMPIN HARI INI

Ubaydillah Anwar, CSC, CPT | Heart Intelligence Specialist

Perubahan besar tengah terjadi di dunia hari ini. Dibutuhkan kualitas pemimpin yang kuat ke dalam dan hebat ke luar. Apa saja kompetensi utama yang perlu dimiliki, terutama pemimpin dunia usaha?

Study terhadap 195 pemimpin di 38 korporasi global, menyimpulkan ada 5 kompetensi utama yang paling dibutuhkan dari seorang pemimpin (The Most Important Leadership Competencies, According to Leaders Around the World, Harvard Business Review: March 15, 2016).

Kelimanya adalah: a) kemampuan menerapkan standar etika yang tinggi dan jaminan rasa aman di organisasi, b) memberdayakan anak buah supaya menjadi orang yang mandiri, c) kemampuan menyadarkan hubungan yang berarti pada pegawai dan rasa memiliki, d) terbuka terhadap ide dan eksperimentasi, dan e) komitmen pada kemajuan intelektual dan profesional pegawai.

Artinya, kecerdasan hati memainkan peranan sentral bagi seorang pemimpin.

Seorang pemimpin perlu menggali ke dalam hati apa prinisp kebenaran yang benar-benar meng-guide keputusan dan tindakannya. Prinsip inilah yang menjadi mata air penerapan etika dengan standar yang tinggi (integritas).

Integritas adalah modal inti kepercayaan. Dalam hubungan profesional, dipercaya itu maqomnya lebih tinggi daripada disukai. Sebab, hanya orang yang percaya pada Anda yang mau berurusan dengan Anda.

Kasih sayang dari hati juga sangat penting. Tanpa kasih sayang, kecenderungan seorang pemimpin adalah mengeksploitasi. Kasih sayanglah yang akan menggerakkan pemimpin untuk berkomitmen pada pemberdayaan dan kemajuan pegawai, baik intelektual dan professional.

Pemimpin dengan kasih sayang yang tinggi tidak sama dengan pemimpin yang enak (nice leader). Mereka bisa jadi mendidik dengan disiplin yang tegas dan standar yang tinggi. Dan itu rasanya tidak enak, plus prosesnya juga tidak mudah.

Kasih sayang juga yang menjadi modal bagi pemimpin untuk bisa membangun hubungan yang yang berarti di lingkungannya. Bukan sebatas hubungan yang berkomunikasi (communicating), tetapi hubungan yang saling memiliki ikatan hati (connecting).

Nabi Muhammad SAW pernah diajari oleh Allah SWT terkait posisi kasih sayang dalam hubungan kepemimpinan. “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. “ (QS. Ali Imran: 159).

Artinya, kasih sayang merupakan syarat untuk membangun tim, pengikut, dan penolong dalam organisasi. Kasih sayang (compassion) adalah kualitas yang dihasilkan dari peduli dan aksi.

Kesediaan hati pemimpin untuk diajar (membuka dada) oleh problem dan perubahan juga menjadi kunci respon yang konstruktif. Dada yang terbuka akan menghantarkannya menjadi sosok yang bijak, pembelajar yang lincah, dan inovatif. Pemimpin yang membatu hatinya (qosiyatul qulub), melihat perubahan dan problem sebagai kegelapan.