5 Tips untuk Caleg Gagal Supaya Tidak Stres, Ubah Kegagalan Jadi Kebangkitan
Kecerdasan Hati
5 Tips untuk Caleg Gagal Supaya Tidak Stres, Ubah Kegagalan Jadi Kebangkitan
Masyarakat Indonesia sangat adaptif dengan berbagai macam musibah. Mereka mencoba terus menjalani hidup meski peristiwa tak menyenangkan terjadi. Mereka sebisa mungkin membuat hidup berjalan sebiasa mungkin dengan modal sabar pasif dan syukur pasif alias cuek.
Itulah yang mungkin menjadi salah satu faktor penentu kenapa indeks kebahagiaan kita menurut BPS tergolong bagus. Padahal, indeks kesejahteraan dan ketertiban sosial rendah.
Kebahagiaan adalah perasaan subjektif dan ini sangat berkaitan dengan respons seseorang terhadap situasi yang dihadapinya, termasuk bagaimana seseorang merespons musibah. Salah satu musibah yang sedang dialami banyak orang yang turun ke dunia politik saat ini adalah gagal nyaleg.
Ubah kegagalan jadi bermanfaat
Merespons kegagalan dengan legawa menerimanya memang baik untuk meredam kekecewaan. Namun, akan lebih baik lagi jika kegagalan itu direspons dengan tindakan generatif untuk mendapatkan manfaat dari kegagalan yang dialami. Ada 5 kunci penting untuk bisa menerapkan sikap ini. Berikut kelima kunci itu beserta penjelasannya.
1. Tsawab (Pahala)
Tsawab berarti upah atau ganjaran yang akan diterima seseorang di akhirat. Di balik musibah, ada tsawab. Hal ini tidak bisa dibuktikan kecuali dengan iman.
Syarat untuk mendapatkannya rida dengan segala kejadian dan takdir yang kita alami. Hal ini juga harus disertai dengan keyakinan bahwa kehendak Allah SWT terhadap diri kita bersifat mutlak. Kita berasal dan hanya akan kembali kepada-Nya.
Rida adalah berdamai dengan kenyataan karena Allah memerintahkan demikian. Kita harus mengakui bahwa semua yang terjadi atas izin Allah yang Maha Segalanya.
2. Magfirah (Pengampunan)
Pengampunan berarti kita dibebaskan dari konsekuensi buruk yang mestinya kita terima. Di balik musibah, ada pengampunan. Untuk mendapatkan itu, syaratnya evaluasi kesalahan, mengakui adanya kesalahan, berkomitmen untuk perbaikan, lalu action.
Inilah yang disebut taubat (kembali ke titik yang benar). Evaluasi adalah syarat pengampunan. Hasilnya langsung bisa kita rasakan di dunia dan di akhirat (jika taubat diterima).
3. Rif’atun (Kenaikan Derajat)
Di balik musibah, seseorang bisa dinaikkan derajatnya. Syaratnya adalah mengolah rasa tidak enak akibat musibah menjadi energi untuk berbuat sesuatu dan mengalihkan perhatian dari meratapi nasib.
Formula perubahan diri yang sudah banyak berhasil selalu terdiri atas: dissatisfation (ketidakpuasan atas keadaan sekarang) + action (tindakan) = desired island (tujuan nyata perubahan). Hampir semua kesuksesan diolah dari kegagalan yang dijadikan energi positif.
4. Thamisun (Keunggulan)
Musibah bisa menguji kualitas seseorang. Di balik musibah, ada peluang untuk menjadi manusia yang terpilih (unggul) secara karakter.
Karakter unggul di antaranya sabar, jujur, atau peduli. Jika manusia menjadikan musibah untuk pendidikan karakter, maka hasilnya pasti baik di dunia dan di akhirat, tentu dengan syarat melakukannya demi mendapatkan rida Allah.
5. Taslimun (Penyelamatan)
Musibah juga berarti cara Allah untuk menyampaikan pesan bahwa apa yang kita mau, belum tentu baik untuk kita, begitupun sebaliknya. Kita harus berhusnuzan (berprasangka baik) kepada Allah atas segala kejadian yang kita alami.
Husnuzan akan menghasilkan optimisme yang tentu harus dilanjutkan dengan aksi yang selaras dengan optimisme itu. Optimisme tanpa aksi, hanya akan menjadi tipuan hati.
Itulah lima makna musibah yang dapat kita respons secara konstruktif, supaya musibah yang kita alami tidak menghantarkan kita menjadi orang yang paling sengsara.
Tentu, respons konstruktif terhadap musibah gagal nyaleg tidak berarti menggugurkan tanggung jawab seseorang untuk menolak koreksi atas penyimpangan yang terjadi.
Dia harus tetap mengupayakan koreksi itu sebagai bagian dari tanggung jawab dia sebagai warga negara. Penolakan terhadap penyimpangan dan pelanggaran sangat dibutuhkan untuk menegakkan keadilan.***
0 comments
Write a comment