HARAPAN DAN KETAKUTAN UNTUK KEKUATAN HATI

Ubaydillah Anwar | Heart Intelligence & Soft Skills Specialist

Ketika dikaitkan dengan dorongan berprestasi dan berkontribusi, maka kekuatan inti manusia terletak di hati, bukan di fisik atau di usia. Kiprah Sadiman, kakek dari Wonogiri yang berhasil mengubah hutan tandus menjadi subur, membuktikan itu.

Bertahun-tahun menanam pohon dengan pengorbanan hingga dianggap orang gila, tapi hasilnya mengubah nasib petani. Atas kontribusinya, para petani panen 2-3 kali setahun karena berlimpahnya air di daerah itu.

Berapa banyak kita jumpai orang yang usianya sudah senior, namun memiliki kehebatan yang mengalahkan orang muda. Misalnya dalam hal disiplin, kedekatan dengan Allah, atau pengorbanan. Saya pernah punya pimpinan, jam 7.00 pagi sudah sampai kantor untuk belajar bahasa Inggris, lalu pulang paling akhir untuk privat kajian agama lebih dulu.

Itulah gambaran kekuatan hati. Kekuatan itu kemudian menyuruh pikiran dan anggota badan lain untuk bergerak supaya menghasilkan prestasi atau kontribusi. Apa yang menjadi rahasia kekuatan hati? Ulama tasawuf banyak mengaitkan kekuatan hati dengan harapan dan ketakutan (al-khouf war roja’).

Ketika harapan dan ketakutan itu mendapatkan bimbingan dari ilmu dan dibuktikan dengan amal, maka keduanya akan menghasilkan dorongan berprestasi dan berkontribusi. Keduanya juga akan menghasilkan kehidupan yang progresif namun tetap terjaga keseimbangan (takwa).

Harapan adalah bahan bakar bagi jiwa. Tanpa makan, seseorang bisa bertahan dalam hitungan minggu. Tanpa minum, seseorang bisa bertahan dalam hitungan hari. Tanpa bernafas, seseorang akan bertahan dalam hitungan detik atau menit. Tapi jiwa yang tanpa harapan, jiwa itu mati seketika. Orang bunuh diri bukan karena tidak ada solusi, tapi karena jiwa yang mati.

Dari harapan lahirlah cita-cita, ambisi, emosi positif, strategi tindakan, pembelajaran, dan perjuangan. Walaupun hidup di kota tidak mudah, tetapi karena ada harapan di sana, masyarakat tetap berduyun-duyun ke kota.

Ketakutan juga sangat dibutuhkan untuk mendampingi harapan. Ketakutan mendorong seseorang untuk menghindari bahaya, berhati-hati dalam melangkah, dan mengantisipasi adanya hal-hal buruk di masa depan. Hanya rasa takut kepada Allah SWT yang mendorong seseorang untuk berpegang teguh pada prinsip.

Jadi, harapan adalah penggerak (gas) roda manusia, sedangkan ketakutan adalah penahan (rem). Jika keduanya dijalankan dengan keahlian, maka kemajuan dan keselamatan akan didapatkan. Tanpa keahlian, seseorang bisa terjebak dalam harapan palsu atau harapan kosong.

Nasihat Imam Ghazali dalam kitab Ihya membedakan antara harapan, tipuan kebodohan, dan khayalan. Jika seseorang menanam benih di atas tanah yang gersang lalu dibiarkan, maka mengharapkan panen adalah kebodohan. Jika seseorang menanam benih di atas tanah yang cocok, lalu ditinggalkan begitu, maka mengharapkan panen adalah khayalan. Harapan tetap membutuhkan ilmu dan amal.

Sama juga ketakutan. Tanpa ilmu dan amal, rasa takut akan menghantarkan seseorang menjadi manusia kerdil, minder, pesimis, dan tidak kreatif. Bahkan ada istilah “takut sukses” untuk orang yang tidak mau menjalankan idenya karena takut gagal. Sebab, semua jalan menuju sukses itu pasti ada gagal dimana-mana.

Semoga bermanfaat.