MENYIMAK PRESENTASI ALLAH SWT DI DEPAN MANUSIA
Kecerdasan Hati
Serial Kecerdasan Hati
MENYIMAK PRESENTASI ALLAH SWT DI DEPAN MANUSIA
Ubaydillah Anwar, CSC, CPT | Heart Intelligence Specialist
Terhadap kenikmatan dan kebaikan yang diterimanya, manusia cenderung akan mengangkat dirinya sebagai sebab paling utama (the cause). Jangan kan jasa orang lain, peranan Tuhan saja kerap termarjinalkan dari hatinya.
Tapi sebaliknya, terhadap keburukan dan penderitaan, manusia cenderung menuding ke selain dirinya sebagai penyebab. Orang lain, keadaan, dan bahkan Tuhan sekali pun kerap menjadi sasaran. Konon, orang akan cenderung menuding ke luar 10.000 kali barulah menuding ke dirinya 1 kali.
Ada penjelasan Allah SWT (presentasi) di lima tempat dalam al-Quran yang esensi dan aksentuasi (tekanan)-nya sama:
- “ . . . .dan sesungguhnya Allah tidak menzhalimi hamba-hamba-Nya.” (QS. Ali Imran: 182).
- “Dan sesungguhnya Allah tidak menzalimi hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Anfal: 51).
- “ . . . dan Allah sekali-kali tidak menzalimi hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Hajj: 10).
- “Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzhalimi hamba-hamba(-Nya).” (QS. Fushilat: 46).
- “. . . dan Aku tidak menzhalimi hamba-hamba-Ku.” (QS. Qaf: 29).
Lima ayat di atas, jika kita bahas dari sisi bacaan, terjemahan, dan tafsirnya, tentu tidak susah kita lakukan hari ini. Cuma, bukan itu ujung dari perintah-Nya. Tugas kita adalah mentransformasikan (mengolah) ayat tersebut menjadi energi, strategi, dan aksi menghadapi realitas harian.
Begitu kita telah paham-sepaham-pahamnya di dalam hati bahwa apa yang menimpa kita adalah akibat (effect) dari pilihan kita dan Allah tidak dzolim sedikit pun terhadap kita, maka hati kita lebih cepat ridlo (menerima dengan baik). “Penolakan itu akibat dari kedangkalanmu,” pesan Ibnu Atho’illah dalam Al-Hikam.
Kajian psikologi menyimpulkan bahwa untuk bisa mengubah diri dan mengubah realitas, syarat yang paling awal adalah ridlo (positive acceptance). Dan ridlo ini merupakan bukti keimanan.
Begitu kita telah paham-sepaham-pahamnya, maka kedaulatan atas diri kita telah kita rebut dengan sempurna. Sebaliknya, begitu kita menuding ke luar terus, apalagi kebablasan, sama artinya kita menyerahkan kedaulatan diri. Akibatnya, kita menjadi victim (korban), bukan victor (pemenang). Kita menjadi reaktif, bukan proactive (penentu ikhtiyar).
Begitu ridlo dan kedaulatan diri telah kita miliki, kita akan mudah melakukan evaluasi, aksi, dan lebih cepat menerima pengajaran dari langit melalui berbagai media dan channel (hidayah, ilham, intuisi, inspirasi, dan seterusnya).
Terhadap berbagai kekacauan yang terjadi (chaos), para nabi cepat berkesimpulan: “Inni kuntu minadz dzolimin” (akulah yang harus melakukan evaluasi atas pilihan-pilihanku dan akulah yang bertanggung jawab, full!).
Semoga bermanfaat.
0 comments
Write a comment