Akademi Soft Skills Indonesia

News

Information

MENGOPTIMALKAN KUALITAS DIRI DENGAN KECERDASAN HATI DI BULAN SUCI

Bersama: Dr.HC. Ubaydillah Anwar | Heart Intelligence & Soft Skills Specialist

Information

VITAMIN HATI DALAM NEW NORMAL

Bersama: Dr.HC. Ubaydillah Anwar | Heart Intelligence & Soft Skills Specialist dan Cendikiawan Muslim

Information

PUBLIC LEARNING

Ramadhan-Takls

MANAJEMEN EMOSI DENGAN KECERDASAN HATI

Bersama: Dr.HC. Ubaydillah Anwar | Heart Intelligence & Soft Skills Specialist

 

Information

“Meski telah tersedia cabe, bawang, tomat, garam, dan bumbu lain, tapi mereka tidak menghasilkan sambal kecuali harus diulek lebih dulu. Tim kerja pun begitu nasibnya sehingga collaboration skill sangat menentukan fungsinya.”

Artikel

5 Tips untuk Caleg Gagal Supaya Tidak Stres, Ubah Kegagalan Jadi Kebangkitan

5 Tips untuk Caleg Gagal Supaya Tidak Stres, Ubah Kegagalan Jadi Kebangkitan

Masyarakat Indonesia sangat adaptif dengan berbagai macam musibah. Mereka mencoba terus menjalani hidup meski peristiwa tak menyenangkan terjadi. Mereka sebisa mungkin membuat hidup berjalan sebiasa mungkin dengan modal sabar pasif dan syukur pasif alias cuek.

Itulah yang mungkin menjadi salah satu faktor penentu kenapa indeks kebahagiaan kita menurut BPS tergolong bagus. Padahal, indeks kesejahteraan dan ketertiban sosial rendah.

Kebahagiaan adalah perasaan subjektif dan ini sangat berkaitan dengan respons seseorang terhadap situasi yang dihadapinya, termasuk bagaimana seseorang merespons musibah. Salah satu musibah yang sedang dialami banyak orang yang turun ke dunia politik saat ini adalah gagal nyaleg.

Ubah kegagalan jadi bermanfaat

Merespons kegagalan dengan legawa menerimanya memang baik untuk meredam kekecewaan. Namun, akan lebih baik lagi jika kegagalan itu direspons dengan tindakan generatif untuk mendapatkan manfaat dari kegagalan yang dialami. Ada 5 kunci penting untuk bisa menerapkan sikap ini. Berikut kelima kunci itu beserta penjelasannya.

1. Tsawab (Pahala)

Tsawab berarti upah atau ganjaran yang akan diterima seseorang di akhirat. Di balik musibah, ada tsawab. Hal ini tidak bisa dibuktikan kecuali dengan iman.

Syarat untuk mendapatkannya rida dengan segala kejadian dan takdir yang kita alami. Hal ini juga harus disertai dengan keyakinan bahwa kehendak Allah SWT terhadap diri kita bersifat mutlak. Kita berasal dan hanya akan kembali kepada-Nya.

Rida adalah berdamai dengan kenyataan karena Allah memerintahkan demikian. Kita harus mengakui bahwa semua yang terjadi atas izin Allah yang Maha Segalanya.

2. Magfirah (Pengampunan)

Pengampunan berarti kita dibebaskan dari konsekuensi buruk yang mestinya kita terima. Di balik musibah, ada pengampunan. Untuk mendapatkan itu, syaratnya evaluasi kesalahan, mengakui adanya kesalahan, berkomitmen untuk perbaikan, lalu action.

Inilah yang disebut taubat (kembali ke titik yang benar). Evaluasi adalah syarat pengampunan. Hasilnya langsung bisa kita rasakan di dunia dan di akhirat (jika taubat diterima).

3. Rif’atun (Kenaikan Derajat)

Di balik musibah, seseorang bisa dinaikkan derajatnya. Syaratnya adalah mengolah rasa tidak enak akibat musibah menjadi energi untuk berbuat sesuatu dan mengalihkan perhatian dari meratapi nasib.

Formula perubahan diri yang sudah banyak berhasil selalu terdiri atas: dissatisfation (ketidakpuasan atas keadaan sekarang) + action (tindakan) = desired island (tujuan nyata perubahan). Hampir semua kesuksesan diolah dari kegagalan yang dijadikan energi positif.

4. Thamisun (Keunggulan)

Musibah bisa menguji kualitas seseorang. Di balik musibah, ada peluang untuk menjadi manusia yang terpilih (unggul) secara karakter.

Karakter unggul di antaranya sabar, jujur, atau peduli. Jika manusia menjadikan musibah untuk pendidikan karakter, maka hasilnya pasti baik di dunia dan di akhirat, tentu dengan syarat melakukannya demi mendapatkan rida Allah.

5. Taslimun (Penyelamatan)

Musibah juga berarti cara Allah untuk menyampaikan pesan bahwa apa yang kita mau, belum tentu baik untuk kita, begitupun sebaliknya. Kita harus berhusnuzan (berprasangka baik) kepada Allah atas segala kejadian yang kita alami.

Husnuzan akan menghasilkan optimisme yang tentu harus dilanjutkan dengan aksi yang selaras dengan optimisme itu. Optimisme tanpa aksi, hanya akan menjadi tipuan hati.

Itulah lima makna musibah yang dapat kita respons secara konstruktif, supaya musibah yang kita alami tidak menghantarkan kita menjadi orang yang paling sengsara.

Tentu, respons konstruktif terhadap musibah gagal nyaleg tidak berarti menggugurkan tanggung jawab seseorang untuk menolak koreksi atas penyimpangan yang terjadi.

Dia harus tetap mengupayakan koreksi itu sebagai bagian dari tanggung jawab dia sebagai warga negara. Penolakan terhadap penyimpangan dan pelanggaran sangat dibutuhkan untuk menegakkan keadilan.***

Artikel

MEMBEDAKAN RIDHO KONSTRUKTIF DAN RIDHO DESTRUKTIF

Serial Kecerdasan Hati

MEMBEDAKAN RIDHO KONSTRUKTIF DAN RIDHO DESTRUKTIF

Ubaydillah Anwar | Heart Intelligence & Soft Skills Specialist

“Apakah kalian sudah beriman?” demikian pertanyaan Rasulullah SAW kepada sekelompok orang Madinah yang belum lama bersyahadat. “Tentu, ya Rasulullah, kami beriman,” jawab mereka.

Rasulullah bertanya lagi, “Apa bukti keimanan kalian?” Terhadap pertanyaan ini, mereka diam. Sahabat Umar bin Khattab yang kala itu berada di tengah mereka, langsung menjawab.

“Kami ridlo atas takdir, sabar atas ujian, dan syukur atas nikmat,” demikian Khalifah Umar menjelaskan. Terhadap jawaban itu, Rasulullah SAW langsung menyetujui.

Demikian Imam Ghazali menceritakan kisah di atas dalam Ihya.

Ridho adalah perintah iman. Ridho berarti berdamai secara positif terhadap kenyataan yang sudah tidak bisa diubah, walaupun kita tidak setuju atau tidak pro. Untuk ridho memang butuh modal. Selain iman, dibutuhkan juga keikhlasan dan jembar hati.

Ridho ini sangat berdampak positif bagi jiwa manusia selama dijalankan sebagai rangkaian bersama sabar dan syukur yang terus berthawaf (bergerak melingkar). Ketika seseorang ridho, maka saat itu juga jiwanya terbuka untuk berubah. Pintu perubahan seseorang tertutup rapat ketika sikap batinnya menolak (denial).

Jiwa yang sudah terbuka untuk berubah adalah modal yang sangat bagus bagi perjuangan mengubah kenyataan yang pasti menuntut kesabaran. Sabar adalah kekuatan untuk bertahan dalam memperjuangkan tujuan atau solusi persoalan. Sabar adalah prinsip yang tidak bisa diganti.

Riset HeartMarth Institute (1988) menyimpulkan bahwa daya tahan seseorang dalam memperjuangkan tujuan akan rendah apabila banyak ledakan emosi negatif yang tidak terkontrol. Ridho adalah sistem untuk menyimpan emosi positif dan mencegah ledakan emosi negatif.

Ridho dan sabar saja masih belum optimal kecuali ditambah dengan syukur. Syukur berarti kita menyimpulkan hidup kita hari ini sebagai anugerah yang luar biasa, baik nikmatnya maupun persoalannya (pengalaman yang pasti ada manfaatnya). Karena itu, kita diperintah untuk membimbing hati sehabis sholat dengan bacaan “Al-hamdulillah ala kulli halin wanikmatin” (aku bersyukur atas semua pengalaman dan nikmat).

Dengan bersyukur berarti kita tidak menyimpulkan bahwa hidup kita, lingkungan kita, dan dunia kita gelap total, rusak semua, ancur tak tersisa, tak ada nikmatnya sama sekali. Padahal, dalam keadaan apapun, pasti ada ruang yang bisa kita syukuri, baik hidup kita internal maupun eksternal.

Sebagai perintah iman, bersyukur menyimpan keajaiban. Syukur memberi kebahagiaan, syukur menjadi kekuatan daya tarik pada kenikmatan, syukur dijauhkan dari siksa Allah, dan syukur adalah bukti bahwa kita menyembah Allah SWT.

Ridho yang diteruskan dengan sabar dalam memperjuangan aspirasi, inspirasi, atau visi, lalu digandeng dengan syukur adalah ridho yang konstruktif. Pasti menghasilkan prestasi, kontribusi, atau solusi yang bermanfaat.

Tapi ridho menjadi destruktif, meskipun kerap menghasilkan ketenangan dan kebahagiaan, apabila dipraktikkan sendirian dan terpisah. Ridho menjadi semacam pengingkaran tanggung jawab, pelarian, atau helm bagi kelemahan. Inilah ridho destruktif.

Bersikap ridho saja terhadap penyimpangan dan pelanggaran di sekitar kita secara sosial sangat destruktif. Makanya disebut setan bisu. Dunia ini kacau bukan saja oleh penjahat, tetapi oleh orang-orang baik yang ridhonya destruktif. Suatu negeri tidak hancur selama di dalamnya ada banyak orang yang peduli pada perbaikan (ridho konstruktif).

Demikian juga ketika seseorang ridho terhadap keadaan dirinya hari ini, namun hanya sebatas ridho. Ibnu Athoillah, penulis Al-Hikam, berpesan: “Ibu kemaksiatan, kelengahan, dan kengawuran adalah ridho pada diri sendiri. Dan ibu dari ketaatan, kebangkitan, dan kematangan adalah ketika seseorang menolak untuk ridho.”

E-Learning & E-Book, LMS

Online Training Class Heart Intelligence for a Top Career

Online Training Class

Heart Intelligence for a Top Career

Banyak orang yang telah kehilangan motivasi, daya juang, dan kreativitas di tempat kerja. Bahkan tidak sedikit yang merasa kariernya telah mentok.

Ini tidak bisa dibiarkan terlalu lama karena berbahaya. Segera temukan solusinya. Anda bisa membalik kenyataan setelah mengikuti training ini.

Di training ini, Anda akan mempelajari:

  • Kedahsyatan hati dan mengoptimalkan kecerdasannya
  • Memahami tanda-tanda kelumpuhan karier
  • Empat disiplin yang berbasiskan kecerdasan hati untuk membalik kenyataan
  • Memahami hambatan dari totalitas hati di tempat kerja

Manfaat yang Anda dapatkan

  • Pembelajaran dengan HOT (Higher Order Thinking) berbasis wahyu, ilmu dan praktek
  • Temuan mutakhir mengenai hati dan satu-satunya di Indonesia
  • Materi PDF
  • E-Sertifikat
  • Konsultasi gratis

Daftarkan segera melalui:

WA: 085692699715 atau assibaru@gmail.com

Investasi: Rp.100.000

Untuk pembayaran silakan kirim ke nomor rekening BRI 0538-0111-6532-502 (Imam Zarkasi)

Akademi Soft Skills Indonesia

Yayasan Lembah Tuwa

Jl.Caringin Raya, 95 A, Rangkapan Jaya, Pancoran Mas, Depok Jawa Barat

www.kecerdasanhati.com

E-Learning & E-Book, LMS

E-TRAINING 2024

Assalamualaikum MyFriend …

Riset mengungkap lebih dari 58% profesional dan pegawai perlu melakukan RE-SKILLING dan UP-SKILLING untuk modal sukses berkarier.

Kini, Anda bisa menaikkan modal sukses itu dengan cara yang fleksibel, kapan saja, dan dimana saja.

Inilah topik-topik soft skills 2024 yang sangat dibutuhkan untuk kesuksesan berkarier.

Setiap topik dalam e-Training kami berdurasi 90-120 menit. Miliki sekarang juga!

1.4G Public Speaking
2.Menjadi Pribadi yang Efektif dan Produktif
3.Stress Management: Bagaimana Mengelola dan Mengkapitalisasi Stress
4.CMC Skill: Menjadi Coach, Counselor, dan Mentor Yang Handal
5.Complaint Handling: Keahlian Menangani Keluhan Pelanggan
6.Keahlian Menghadapi Orang Sulit (Difficult People)
7.Skill Bernegosiasi
8.Teamwork Skill: Mencanggihkan Keahlian Bertim
9. Berkolaborasi Dan Berkonflik
10. Effective Communication (Komunikasi Efektif di Tempat Kerja)
11.Bagaimana Memperkuat Rasa Percaya Diri (Pede) dengan Kecerdasan Hati
12. Manajemen Amarah (Pengajian Kinerja)
13. Quantum Sabar (Pengajian Kinerja)
14. Menjaga dan Meningkatkan Kesehatan Mental dengan Kecerdasan Hati
15. Empat Kesalahan Komunikasi Menurut Al-Quran
16. Memperkuat Ketangguhan Untuk Kesuksesan Karier

Hanya Rp.50.000 per-topik
Untuk pemesanan, silakan kirim bukti transfer ke nomor
WA: 085-692-699715 (Imam Zarkasyi).

Nomor rekening BRI 0538-0111-6532-502 (Imam Zaarkasyi)

Akademi Soft Skills Indonesia
Yayasan Lembah Tuwa
Jl.Caringin Raya, 95 A, Rangkapan Jaya, Pancoran Mas, Depok Jawa Barat
www.kecerdasanhati.com

Artikel

KEBAIKAN YANG MEMBUAHKAN KEBURUKAN DAN KERUGIAN

Serial Kecerdasan Hati

KEBAIKAN YANG MEMBUAHKAN KEBURUKAN DAN KERUGIAN

Ubaydillah Anwar | Heart Intelligence & Soft Skills Specialist

Ternyata, tidak semua kebaikan akan membuahkan Kebaikan. Ada kebaikan yang malah membuahkan keburukan, dan bahkan kerugian di akhirat. Hanya kebaikan yang dibarengi ketakwaan yang dapat menghasilkan kebaikan yang optimal. “Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang yang bertakwa.” (QS. Al-Ma’idah: 27).

Kebaikan yang dijadikan sebagi modus kelicikan adalah kebaikan yang menghasilkan keburukan. Katakanlah untuk memanipulasi atau mengeruk kepentingan pribadi. Misalnya, berkedok untuk membangun yayasan. Dan janganlah engkau memberi (dengan maksud) memperoleh yang lebih banyak.” (QS. Al-Muadatsir: 6).

Kebaikan yang diberikan dengan cara yang menyakitkan hati adalah kebaikan yang terlarang karena memang itu buruk.  “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Mahakaya, Maha Penyantun.” (QS. Al-Baqoroh: 263)

Kebaikan yang melebihi batas yang tepat (Isrof) juga akan menghasilkan keburukan. Mengoreksi kesalahan bagi guru kepada muridnya atau bagi atasan kepada bawahan itu baik. Tapi kalau bobot dan jumlahnya melebihi batas yang tepat, dapat menghasilkan keburukan. Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan (dalam) urusan kami . . . “ (QS. Ali Imran: 147).

Kebaikan yang diberikan di tempat atau kontek yang tidak tepat juga berpotensi menghasilkan keburukan. Nasihat yang diberikan di tempat yang sepi dan disampaikan dengan hati-hati, akan seperti salju yang turun dari gunung ke bumi. Maksudnya, akan masuk ke hati. Tapi jika disampaikan di depan umum, nasihat itu sering dipahami sebagai penghinaan atau upaya untuk mempermalukan. Demikian Imam Syafi’i mengingatkan.

Kebaikan yang dilakukan tanpa manajemen dapat menimbulkan keburukan, misalnya tidak efektif dan tidak efisien. Katakanlah, membangun masjid di lokasi yang jumlah masjidnya sudah banyak. Atau memberikan donasi sekolah gratis tapi sasarannya tidak tepat sehingga menimbulkan jurang miskin-kaya semakin lebar. Di sinilah pentingnya figh prioritas yang pernah digagas oleh ulama besar asal Mesir, Yusuf Qordawi.

Kebaikan yang tidak ada “Allah-nya” sama sekali dalam niat termasuk kebaikan yang akan menghasilkan kerugian. Balasan dari kebaikan itu hanya di dunia yang pendek, padahal manusia akan hidup di akhirat selamanya.

Al-Quran mengingatkan, “Katakanlah, maukah kalian kuberi tahu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Mereka adalah orang-orang yang sesat usahanya di dunia sedangkan mereka menyangka telah berbuat sebaik-baiknya.” (Al-Kahfi 103-104).

Bagaimana kalau kita memberikan kebaikan kepada orang atau lembaga yang malah diselewengkan, seperti yang banyak terjadi di kita? Kebaikan yang kita berikan dengan niat dan cara yang baik memang tetaplah kebaikan. Tapi untuk menghasilkan kebaikan yang lebih optimal, sunnahnya tetap perlu mempertimbangkan potensi penggunaan dan penyelewengan. Sisanya kita pasrahkan.

Sebagai renungkan, barangkali inilah hikmah kenapa seruan yang paling masif di agama untuk kebaikan adalah memberikan makan, memberikan barang/fasilitas yang bisa digunakan atau menolong dengan tangan (fisik, keahlian, atau kekuasaan), bukan cash. Sekalipun memang tidak ada larangan juga bantuan dalam bentuk cash itu.

Semoga bermanfaat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel

GANGGUAN MENTAL MENJADI PALING MENGKHAWATIRKAN DUNIA!

Serial Kecerdasan Hati

GANGGUAN MENTAL MENJADI PALING MENGKHAWATIRKAN DI DUNIA!

Ubaydillah Anwar | Heart Intelligence & Soft Skills Specialist | www. kecerdasanhati.com

Survei internasional mengungkap, gangguan mental menjadi masalah nomor 1 dari 14 masalah yang paling dikhawatirkan manusia. Angka indikatifnya sampai 44%. Masalah lain menyusul, seperti obesitas (25%), narkoba (22%), dan merokok (12%). Survei Ipsos ini melibatkan 23.274 responden dewasa yang tersebar di 31 negara pada periode 21 Juli-4 Agustus 2023.

Di Indonesia, respondennya berasal dari kelompok usia 21-74 tahun. Kapankah seseorang disebut mengalami gangguan mental? Terlepas dari skalanya, pemahaman mengenai gangguan mental dapat dipahami dari penjelasan WHO mengenai kesehatan mental.

Tahun 2016, WHO menjelaskan bahwa seseorang disebut memiliki mental yang sehat (mental health) apabia ia dapat menggunakan kemampuannya, dapat menyelesaikan tuntutan hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif, dan dapat berkontribusi positif pada lingkungan.

Begitu seseorang kerap menjadi problem bagi lingkungan/orang terdekat, tidak bisa menggunakan kemampuannya untuk tujuan hidupnya, tidak bisa menyelesaikan masalahnya menurut normalnya, atau tidak produktif dalam menggunakan waktunya, berarti itu tanda-tanda ada gangguan mental.

Sumber paling mendasar dari gangguan mental adalah ketika seseorang terbiasa menggunakan respon yang merusak (destruktif response) terhadap apa yang terjadi di luar dirinya dan di dalam dirnya. Misalnya, selalu menempatkan problem sebagai alasan untuk meledakkan amarah, kekecewaan, kehampaan, dan seterusnya. Ini sangat mempercepat datangnya gangguan mental.

Karena itu, kita diajari untuk berikhtiyar (memilih respon yang baik) dalam menghadapi masalah atau tuntutan. Misalnya, kreatif, belajar skill baru, atau usaha lain. Selain itu, kita juga diajari untuk cepat-cepat memaafkan (mengeluarkan benda yang sangat membebani jiwa) tanpa menunggu orang lain atau dunia ini meminta maaf.

Hati yang cerdas menjadi kunci karena meskipun seseorang sudah tahu bedanya respon yang konstruktif dan respon yang destruktif, tetapi dalam praktiknya belum dijamin pengetahuan itu bekerja. Dibutuhkan kekuatan regulasi diri (self regulation) dan ini kuncinya pada kecerdasan hati.

Semoga bermanfaat . . .

 

Home
Profile
Shop
Contact Us