REFLEKSI 2023: LEBIH PENTING FOKUS PADA ENERGI KETIMBANG PADA RENCANA

Kecerdasan Hati

Serial Kecerdasan Hati

REFLEKSI 2023: LEBIH PENTING FOKUS PADA ENERGI KETIMBANG PADA RENCANA

Ubaydillah Anwar | Heart Intelligence Specialist

Dalam kisah yang mashur, ketika Sunan Kalijogo melihat orong-orang yang terputus kepala dan badannya, beliau langsung bertindak.

Dari sisa tatal yang dipakai untuk membentuk tiang Masjid Demak, beliau pakai untuk menyambung kepala dan badan binatang kecil itu.

Atas takdir Allah, orong-orong itu bisa hidup (bergerak) lagi.

Kisah ini bila diuji secara history (sejarah), mungkin gagal total. Verifikasi akademik menolak paparan di atas.

Hanya saja, bila dibobot dari aspek story (cerita) yang mengajarkan kehidupan (ibrotan), pastilah sukses besar. Apalagi dikaitkan dengan sosok kharismatik Sunan Kalijogo.

Kisah di atas menegaskan bahwa supaya makhluk hidup itu menjadi lebih hidup (bergerak dan bermakna), maka harus nyambung (connecting) antara otak (head), hati (heart) dan fisik (hand).

Oleh riset ilmuwan modern, peristiwa demikian disebut sebagai “coherence” (nyambung secara harmonis dan sinergis). Ajaran agama menyebutnya dengan istilah taufik (klop).

Ibarat mesin, seluruh sistem dan perangkat dalam mesin tersebut sudah aktif dan siap untuk berperforma tinggi.

Pada posisi koheren, otak mencapai gelombang Gamma: sadar, penuh konsentrasi, dan siap berperforma optimal, seperti orang mau lomba lari.

Tak hanya itu. Berdasarkan teori Triune Brain, hanya pada posisi koherenlah neocortex (otak intelektual) manusia aktif optimal. Tanpa koherensi, yang aktif di otak biasanya malah otak hewan ternak (masa bodoh) atau bahkan otak hewan buas (menerkam orang lain).

Pada posisi koheren, hati manusia mengeluarkan energi besar. Energi inilah yang membuat manusia memiliki kapasitas besar untuk mengontrol diri (menyuruh dan melarang). Ilmuwan menyebutnya sebagai self-regulating skill.

Tak hanya mengeluarkan kekuatan energi, hati juga mengeluarkan cahaya (nuur) untuk menunjukkan otak dan langkah.

Karena koherensi saja belum cukup menurut ajaran agama, maka ditambah satu lagi, yaitu hidayah dari langit. Lalu menjadilah wabillahi taufiq wal hidayah.

Ketika taufik dan hidayah menyatu pada diri manusia, langkahnya mendapatkan energi dan cahaya dari dua sumber. Maka disebutlah cahaya di atas cahaya (nuurun alan nuur).

Tanpa energi dan cahaya, rencana tinggallah rencana, tujuan menjadi kenangan, dan resolusi menjadi catatan yang mati suri.

Untuk memperkaya insight tentang bagaimana menciptakan koherensi hati, silakan eksplorasi di   www.kecerdasanhati.com

Semoga bermanfaat.