SISI GELAP ORANG CERDAS DAN SOLUSI KECERDASAN HATI

Kecerdasan Hati

Serial Kecerdasan Hati

SISI GELAP ORANG CERDAS DAN SOLUSI KECERDASAN HATI

Ubaydillah Anwar, CSC, CPT. | Heart Intelligence Specialist

Selain diberi keistimewaan, orang cerdas juga diberi ujian. Jika gagal mengelolanya, ujian itu bisa-menjadi sisi gelap mereka. Apa saja ujiannya? Hasil riset yang ditayangkan majalah Inc, edisi November 2021mengungkap hal-hal berikut.

Riset Journal of Reseacrh in Personality 2016 menemukan, orang-orang yang ber-IQ tinggi cenderung suka menunda-nunda pekerjaan.

Bagi yang berhasil, mereka akan menemukan ide dan hasil yang bagus setelah menunda itu. Tentu ada deadline yang ditaati. Tapi bagi yang gagal, mereka terus menunda sehingga membuahkan kesia-siaan dan protes orang-orang yang mempercayainya.

Kajian Harvard Business Review dan telaah terhadap praktik hidup menemukan fakta bahwa orang cerdas sering cepat berganti pemikiran. Kata Jeff Bezos dari Amazon, indikator nomor 1 orang cerdas adalah mau mengubah pola berpikir.

Bagi yang berhasil, mereka menjadi orang terdepan dalam banyak hal (innovator) Tapi bagi yang gagal, mereka terus buang-buang waktu, uang, dan pikiran dalam pengembaraan yang tidak jelas.

Study British Journal of Personality tahun 2016 menemukan fakta bahwa orang-orang cerdas cenderung suka menyendiri dan kurang bisa menikmati kebahagian sebagaimana seharusnya.

Bagi yang berhasil, kegelisahan orang cerdas kerap menghasilkan karya dan gerakan yang inovatif dan bahkan revolusioner. Tapi bagi yang gagal, sendirinya orang cerdas hanya sebuah praktik menarik diri dari realitas aktual.

Terakhir, riset oleh jurnal Personality and Individual Difference mengungkap, orang cerdas suka begadang sampai menjelang pagi.

Bagi yang berhasil, keheningan malam adalah waktu yang sangat bagus untuk mengasah intuisi, menemukan gagasan yang spektakuler dan karya yang bermanfaat.

Mereka umumnya memiliki pendapatan dan pekerjaan yang lebih bagus. Tapi bagi yang gagal, terlalu banyak begadang menganggu kesehatan jasmani dan rohani.

Penjelasaan di atas dan fakta praktik hidup semakin menegaskan bahwa dikaruniai otak cerdas belum tentu menghasilkan kreasi, karya, prestasi dan kontribusi yang bermanfaat. Ini tergantung energi dan cahaya hati yang mengalir ke dalam otak.

Kerap saya katakan bahwa ketika membahas kecerdasan hati, bukan berarti mengesampingkan otak. Ini tidak tepat. Justru karena kita menyadari betapa powerfulnya otak, maka setiap orang perlu memahami kerja hati.

Kenapa? Karena kinerja otak ditentukan oleh kecerdasan hati. Bagi otak, kecerdasan hati menentukan kekuatan kontrol, menentukan rendah-tingginya energi, dan cahaya hati menentukan salah-benarnya otak beroperasi.

Sesuai penjelasan Rasulullah SAW bahwa orang cerdas itu bukan soal IQ-nya. Seperti ditulis dalam Riyadlush Sholihin, orang cerdas (al-kayyis) menurut Rasulullah adalah orang yang mampu menimbang dirinya (evaluasi, analisis, refleksi, dst) dan mampu mengorientasikan kebaikan yang dilakukan hari ini untuk akhirat.

Sedangkan orang yang tidak cerdas (kecerdasan rendah) adalah orang yang berhasil didikte oleh reaksi hawa nafsunya dan suka melangkah di atas angan-angan (yatamanna alallah).

Semoga bermanfaat.